Tuhan Tahu yang Kita Perlu
Berhutang adalah salah satu jalan yang sering diambil orang pada umumnya demi mengatasi masalah finansial dengan konsekuensi orang tersebut harus berjanji melunasi hutangnya. Masalah akan muncul manakala waktu yang telah disepakati untuk melunasi utang tetapi belum mempunyai uang. Dan pada saat yang sama penagih hutang akan segera datang. Tentunya akan muncul perasaan cemas atau gelisah. Mungkin juga pusing bahkan jantung berdebar lebih cepat dari biasanya. Apalagi jika ketika berhutang ada barang yang menjadi jaminan, misalnya sertifikat tanah, rumah dan lain-lain.
Tentunya kekuatiran kita akan semakin bertambah dan akan ada banyak pertanyaan yang memenuhi pikiran kita yang membutuhkan jawaban, misalnya siapa yang bisa membantu saya, kemana saya harus meminjam dan bagaimana jika saya tidak mendapatkan pinjaman. Dalam situasi seperti ini apakah kita masih percaya pada namanya keajaiban? Lalu datang teman atau saudara yang menawarkan solusi yang tidak masuk akal, maukah kita melakukannya?
Sebelum kita mengulasnya lebih dalam, marilah kita membaca terlebih dahulu teks Kitab Suci berikut yang di ambil dari kitab 2 Raja-raj 4: 1-7
Salah seorang dari isteri-isteri para nabi mengadukan halnya kepada Elisa, sambil berseru: "Hambamu, suamiku, sudah mati dan engkau ini tahu, bahwa hambamu itu takut akan TUHAN. Tetapi sekarang, penagih hutang sudah datang untuk mengambil kedua orang anakku menjadi budaknya." Jawab Elisa kepadanya: "Apakah yang dapat kuperbuat bagimu? Beritahukanlah kepadaku apa-apa yang kaupunya di rumah." Berkatalah perempuan itu: "Hambamu ini tidak punya sesuatu apapun di rumah, kecuali sebuah buli-buli berisi minyak Lalu berkatalah Elisa: "Pergilah, mintalah bejana-bejana dari luar, dari pada segala tetanggamu, bejana-bejana kosong, tetapi jangan terlalu sedikit. Kemudian masuklah, tutuplah pintu sesudah engkau dan anak-anakmu masuk, lalu tuanglah minyak itu ke dalam segala bejana. Mana yang penuh, angkatlah!" Pergilah perempuan itu dari padanya; ditutupnyalah pintu sesudah ia dan anak-anaknya masuk; dan anak-anaknya mendekatkan bejana-bejana kepadanya, sedang ia terus menuang. Ketika bejana-bejana itu sudah penuh, berkatalah perempuan itu kepada anaknya: "Dekatkanlah kepadaku sebuah bejana lagi," tetapi jawabnya kepada ibunya: "Tidak ada lagi bejana." Lalu berhentilah minyak itu mengalir. Kemudian pergilah perempuan itu memberitahukannya kepada abdi Allah dan orang ini berkata: "Pergilah, juallah minyak itu, bayarlah hutangmu, dan hiduplah dari lebihnya, engkau serta anak-anakmu."
Dalam bacaan Kitab Suci di atas, seorang janda menceritakan masalahnya kepada Nabi Elisa, dimana sejak kematian suaminya, yang adalah seorang nabi, ia meninggalkan hutang yang banyak kepada istrinya. Selain itu, kondisi keluarga ini semakin terpuruk secara ekonomi. Belum lagi ditambah tenggat waktu melunasi hutang semakin dekat.
Ancaman penagih hutang adalah dua anak laki-laki janda itu akan dijadikan budak (1b). Hal ini memilukan hati si janda sebagai seorang ibu. Namun ia tetap bertahan dalam iman bahwa Allah pasti menolongnya. Itu sebabnya ia datang kepada nabi Elisa meminta pertolongan (1a).
Ternyata Elisa mengenal keluarga janda ini sebagai orang saleh dan takut akan Allah. Sudah menjadi kewajiban nabi Allah menolong keluarga rekan seprofesi sebagai bentuk solidaritas. Sebab itu, Elisa bertanya apakah ada barang berharga yang masih bisa dijual (2).
Satu-satunya yang dimiliki si janda hanyalah sebuah buli minyak urapan yang tidak berharga. Elisa menyuruh janda ini meminta dan mengumpulkan sebanyak mungkin bejana kepada siapa saja (3). Dalam ketidaktahuannya, janda ini patuh melakukan segala perintah Elisa.
Saat ia menaatinya, Allah membuat semua orang bermurah hati kepada si janda ini. Banyak bejana yang berhasil diperolehnya. Setelah itu, Allah memakai buli-buli itu mengeluarkan minyak dan mengisi semua bejana kosong yang telah dikumpulkan si janda itu (4-6).
Saat buli-buli dijual, hasilnya cukup membayar hutang dan menghidupi masa depan keluarga tersebut. Di sini kita melihat bagaimana buli-buli yang tidak bernilai dipakai Allah menyelamatkan dan memelihara hidup keluarga janda ini (7).
Setelah menelusuri lebih dalam tentant teks Kitab Suci di atas, dapat ditarik beberapa catatan penting yang bisa dijadikan pedoman dalam menjalani kehidupan:
Tuhan tahu apa yang kita perlu, Ia akan senantiasa memelihara setiap umat-Nya. Termasuk janda tersebut dalam bacaan kita. Tuhan benar-benar memiliki semua yang kita butuhkan. Rencana-Nya selalu yang terbaik, tetapi sesungguhnya yang perlu kita lakukan adalah mempercayai-Nya dengan sungguh karena keajaiban Tuhan bisa terjadi kapan saja,dimana saja dan kepada siapa saja dan dengan cara apa saja, yang terkadang tidak bisa kita pahami.
Perkataan nabi Elisa dipatuhi dengan baik oleh janda tersebut, hal ini menunjukkan bahwa janda tersebut yakin bahwa apa yang diperintahkan oleh nabi elisa bisa dipercaya, karena ia adalah seorang nabi Tuhan sehingga apa yang disampaikannya pasti atas perintah Tuhan. Selain itu, kepatuhan janda tersebut tentu juga karena kesalehan hidup dan kesungguhan dalam melayani Tuhan yang ditunjukkan oleh nabi elisa bahkan tidak bisa dipungkiri kesalehan hidup suaminya yang telah meninggal turut mejadi alasan kepatuhan janda ini pada elisa.
Kepatuhan janda atas perkataan nabi Elisa, tidak hanya menyelamatkan hidupnya tetapi yang tidak kalah penting adalah telah menyelamatkan hidup kedua anaknya dari perbudakan oleh para penagih hutang. Ini menunjukkan bahwa iman atau keyakinan orang tua yang kuat sangat penting dalam sebuah keluarga karena orang tua akan menjadi contoh atau teladan anak-anaknya. Orang tua perlu membangun atau memiliki hidup yang karib dengan Tuhan dengan harapan anak-anak akan melakukan hal yang sama pula.
Tuhan tahu apa yang kita perlu dan keajaiban Tuhan akan datang dalam hidup kita jika mau percaya dengan sungguh atas kuasa dan pemeliharaanNya. Amin
Herneta Maria Maghu, S. Pd
0 Response to "Tuhan Tahu yang Kita Perlu "
Posting Komentar